Minggu, 10 Januari 2016

Renungan Akhir Tutup Tahun

1.      Siap Menutup lembaran Hati

Kita patut mengucap syukur kepada Tuhan karena kita boleh tiba di penghujung tahun. Tentunya ada banyak suka dan duka yang telah kita lalui selama perjalanan hidup iman kita. Banyak peristiwa-peristiwa dan pengalaman dalam hidup yang mengukir sejarah hidup sekalian membekas dalam diri kita. Jejak-jejak itu barangkali tidak mudah dihapuskan dalam hati kita. di dalamnya ada rasa jenuh, kecewa, putus asa, capek, bahagia dll. Sekalipun demikian tidaklah berarti di penghujung akhir tahun ini semua perasaan ini akan berakhir juga. Angka tahun berubah namun keadaan-keadaan itu akan selalu berjalan. Firman Tuhan berkata: (bc.Pengk. 1:9). Rutinitas yang dilakukan oleh manusia akan terus dilakukan. (Pengk. 3:1-8)
tetapi memang besar harapan kita kedepannya hidup kita menjadi lebih baik di tahun mendatang. Itulah sebanya tidak sedikit orang memanfaatkan moment akhir tahun sebagai waktu untuk mengekpresikan kesenangan, waktu untuk saling bermaaf-maafan, waktu untuk memikirkan rencana baru. Pada intinya semua ingin memulai tahun yang baru dengan hidup yang lebih baik.
Sebagai anak-anak Tuhan kita harus tahu bahwa hidup ini begitu singkat, umur kita telah di tetapkan oleh Sang Pencipta. Kita tidak mengetahui batas umur kita (“Ya TUHAN, beritahukanlah kepadaku ajalku, dan apa batas umurku, supaya aku mengetahui betapa fananya aku! Maz. 39:4). Tapi yang jelas Semakin bertambah angka tahun di depan kita maka semakin pendeklah kesempatan hidup kita. Marilah manfaatkan kesempatan untuk hidup lebih bijaksana yang bermanfaat bagi Kerajaan Allah kita Yesus Kristus. Daud berkata: “Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.(Maz. 90:12). Sebelum kita membuka lembaran yang baru di tahun yang baru ke depan ini untuk menata hidup lebih bijaksana, saya rindu kita menutup lembaran hati terhadap dua hal di penghujung akhir atau tutup tahun 2015 ini.
Terhadap apakah kita menutup lembaran hati kita???

1.    Kehidupan Yang Lama/keinginan daging (bacaan Ef.4:17-32)
20...Kamu telah belajar mengenal Kristus. 21Karena kamu telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus, 22yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu,(Ef.4:20-23)
     kehidupan yang lama yang dimaksud disisni adalah kebiasaan hidup orang-orang yang tidak mengenal Allah, kefasikan hidup atau kebiasaan buruk sebelum di dalam Kristus. pikiran orang yang di luar Kristus dinilai sebagai orang bodoh karena pikirannya jauh dari persekutuan dengan Allah, hati mereka dikatakan degil karena perasaan mereka yang tumpul. Berbeda dengan orang yang hidup di dalam Kristus, kita telah dipisahkan dari kehidupan yang lama kepada persekutuan yang dekat dengan Allah, kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat (bc.Ibr.10:12). Kita tidak layak lagi hidup sama seperti orang yang tidak mengenal Allah. kita harus meninggalkan kebiasaan buruk kita yang lalu.
     Meninggalkan kebiasaan buruk tidak mudah, ada bagian-bagian tertentu dalam hidup kita yang perlu dikikis dan rasanya sakit. Tidak jarang banyak orang bisa meninggalkan gereja karena bertepatan tertaplak dengan Firman Tuhan saat menedengarkan khotbah.  Sebagian menganggap khotbah para pemberita Firman Tuhan sebagai akal-akalan mereka untuk sengaja menyinggung pribadi seseorang. Padahal jelas-jelas dikhotbahkan ke umum. Tetapi sekalipun demikian benar bahwa mereka sengaja melakukan hal itu, bukankah itu adalah tanggung jawab mereka sebagi seorang Abdi Allah. dan mereka melakukanya untuk memelihara jiwa kita.
Sebelum kita melanjutkan point pertama kita di atas sebaiknya kita memperhatikan beberapa hal (hal ini seringkali terabaikan):
1.      Jemaat harus menunjukkan rasa hormat kepada para pemberita Firman tetapi para pemberita Firman tidak boleh gila hormat melainkan harus selalu rendah hati

  • -          Kami minta kepadamu, saudara-saudara, supaya kamu menghormati mereka yang bekerja keras di antara kamu, yang memimpin kamu dalam Tuhan dan yang menegor kamu; dan supaya kamu sungguh-sungguh menjunjung mereka dalam kasih karena pekerjaan mereka...(1Tes. 5:12,13)
  • -          Penatua-penatua yang baik pimpinannya patut dihormati dua kali lipat, terutama mereka yang dengan jerih payah berkhotbah dan mengajar. (1Ti 5:17)
  • -          Taatilah pemimpin-pemimpinmu (para pemberita Firman Allah) dan tunduklah kepada mereka, sebab mereka berjaga-jaga atas jiwamu, sebagai orang-orang yang harus bertanggung jawab atasnya. Dengan jalan itu mereka akan melakukannya dengan gembira, bukan dengan keluh kesah, sebab hal itu tidak akan membawa keuntungan bagimu. (Ibr. 13:17)
  • -          dengan segala rendah hati aku melayani Tuhan. Dalam pelayanan itu aku banyak mencucurkan air mata.... (Kis. 20:19)
  • -          Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu. (1Pet. 5:3)\

2.      Jemaat wajib & bertanggungjawab memperhatikan kehidupan pemberita Firman karena mereka berhak mendapat penghidupanya dari pemberitaaanya, tetapi hamba Tuhan tidak boleh melayani atas dasar penghidupan dan keuntungan supaya tidak menjadi rintangan bagi dirinya untuk melayani.
  • -          11Jadi, jika kami telah menaburkan benih rohani bagi kamu, berlebih-lebih kalau kami menuai hasil duniawi dari pada kamu?  12Kalau orang lain mempunyai hak untuk mengharapkan hal itu dari pada kamu, bukankah kami mempunyai hak yang lebih besar? Tetapi kami tidak mempergunakan hak itu. Sebaliknya, kami menanggung segala sesuatu, supaya jangan kami mengadakan rintangan bagi pemberitaan Injil Kristus.  13Tidak tahukah kamu, bahwa mereka yang melayani dalam tempat kudus mendapat penghidupannya dari tempat kudus itu dan bahwa mereka yang melayani mezbah, mendapat bahagian mereka dari mezbah itu? 14Demikian pula Tuhan telah menetapkan, bahwa mereka yang memberitakan Injil, harus hidup dari pemberitaan Injil itu. (1Kor. 9:11-14)
  • -          Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya. (2Tim. 2:4)
  • -          Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri (1Pe 5:2)

Seharusnya yang harus diwaspadai oleh kita adalah jika seorang pengkhotbah tidak memiliki jiwa bertanggung jawab kepada Gembala agung Yesus Kristus terhadap domba-domba-Nya untuk diberi makan sehat dan segar.  Karena Pengkhotbah-pengkhotbah sperti itu akan lebih mudah menyepelekan ajaran yang disampaikannya dan orang-orang yang tidak mau dibaharui akan menjadi sasaran tipu daya meraka.  Pengkhotbah-pengkhotbah palsu itu akan lebih memilih bahasa yang manis untuk melancarkan kepicikan mereka. itulah sebabnya Bahasa yang manis bukanlah ukuran yang menandakan bahwa orang itu rohaniawan karena hal itu bisa saja terjadi karena kepicikan. meski bukan berarti bahwa semua orang yang bermulut manis itu picik. Begitu juga orang yang berbahasa keras bukanlah ukuran yang menandakan bahwa orang itu jahat (tidak punya kasih), karena itu bisa saja terjadi karena kasihnya. Meski tidak semua orang yang bermulut keras karena kasih, ada yang melakukanya karena kebodohan, menuruti nafsu daging (amarah), dan tanpa pengenalan akan Allah.
-          Sebab orang-orang demikian tidak melayani Kristus, Tuhan kita, tetapi melayani perut mereka sendiri. Dan dengan kata-kata mereka yang muluk-muluk dan bahasa mereka yang manis mereka menipu orang-orang yang tulus hatinya. (Rom. 16:18).
-          Seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetapi seorang lawan mencium secara berlimpah-limpah. (Ams. 27:6)
-          Kaulihat orang yang cepat dengan kata-katanya; harapan lebih banyak bagi orang bebal dari pada bagi orang itu. (Ams. 29:20)
-          Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan marah. (Ams. 15:1)
-          Berhentilah marah dan tinggalkanlah panas hati itu, jangan marah, itu hanya membawa kepada kejahatan. (Maz.37:8 )
-          Janganlah lekas-lekas marah dalam hati, karena amarah menetap dalam dada orang bodoh. (Pengkh.7:9 )
            Kepicikan ini terjadi karena manusia secara umum dan orang-orang kristen KTP secara khusus tidak suka firman Allah, tidak suka akan kebenaran yang memelihara dan menjaga jiwa mereka. mereka tidak suka dibersihkan dengan Firman Allah yang murni. Karena mungkin ada bagian-bagian tertentu yang akan dikorek dan sangat menyakitkan di dalam tubuh (diri sendiri). Mereka lebih suka memikul penyakit yang dapat merusak jiwa mereka. itulah sebabnya mereka suka dininabobokan dengan bahasa yang manis dan muluk-muluk, yang enak di dengar dan tidak terganggu oleh telinga. Para nabi-nabi palsu (pengajar-pengajar palsu) mengambil kesempatan untuk hidup picik demi menafkahi hidup. Mereka mengkhotbahkan apa yang ada dalam hati mereka, mereka memalsukakkan firman Allah demi kepentingan diri sendiri, mereka sudah tidak mengkhotbahkan apa yang disampaikan Alkitab yang diilhami oleh Roh Kudus. mereka memasukkan racun di dalam makanan jiwa pendengarnya. dan orang-orang kristen yang kelihatannya tulus tapi bebal dan malas untuk mengenal kehendak Allah pun tidak tanggung-tanggung merasa nyaman dan merasa diberkati.
Rasul Paulus mengingatkan Timotius seorang Pelayan Firman untuk tetap kuat, tetap bersikap sebagai laki-laki dan tidak boleh merasa rendah diri karena masih muda. Timotius harus mengkhotbahkan Firman Allah dengan siap sedia memberi pertanggung jawab menghadapi tantangan zaman ini, karena semuanya ini harus terjadi, untuk memurnikan umat pilihan Allah.
                  Ada beberapa ciri-ciri manusia yang hidup di zaman akhir (manusia yang bebal/tidak mengenal Allah) Ef.3:1-9:
a.       Mencintai dirinya sendiri (mementingkan diri)
b.      Menjadi hamba uang (mata duitan)
c.       Sombong dan suka membual
d.      Pemfitnah (suka menghina orang)
e.       Berontak terhadap orang tua
f.       Tidak tahu berterima kasih
g.      Tidak peduli agama (tidak suka hal-hal yang rohani)
h.      Tidak tahu mengasihi
i.        Tidak suka berdamai (tidak mengampuni)
j.        Suka menjelekkan orang (memburuk-burukkan nam orang lain)
k.      Tidak mengekang diri (suka kekerasan)
l.        Kejam
m.    Tidak suka yang baik
n.      Suka menghianat
o.      Berlagak tahu
p.      Diajar namun tidak pernah mengenal kebenaran
q.      Akal mereka bobrok
r.        Iman mereka tidak tahan uji dll
Meninggalkan kehidupan yang lama memang akan terasa Sakit dan tidak mudah. Tapi persoalanya bukankah kita ingin dibentuk oleh Tuhan, Bukankah kita ingin disembuhkan dari penyakit rohani kita. Bahkan ada sebuah lagu yang begitu senang kita nyanyikan “Tuhan kumau menyenangkan-Mu, Tuhan bentuklah hati ini... dst”.  Lalu kemudian lagi lagu “kusipakan hatiku Tuhan tuk dengar Firman-Mu”.  Yakinkah hati kita sudah siap?? Yakinkah kita ingin dibentuk oleh Tuhan?? mungkin kita ingat tentang Petrus yang selalu begitu semangat dan spontan menjawab Tuhan. pertanyaan Yesus terakhir yang spontan juga dijawab oleh Petrus “apakah engkau mengasihi Aku”. Dan perhatikan bahwa Tuhan Yesus mengulangi pertanyaan yang sama kepadanya untuk membawa dia menyadari jawaban yang ia berikan kepada Tuhan.
Bukankah kita juga terlalu sering spontan mengucapkan janji kepada Tuhan, yang barangkali tanpa dibawa pada kesadaran yang dalam dan sungguh-sungguh. Benarkah kita siap dibentuk dan dipakai oleh Tuhan. Perlu hati yang lemah lembut untuk dibentuk oleh Tuhan Sebab itu buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu. (Yak. 1:21). Lebih lanjut lagi Ada beberapa contoh kehidupan yang lama yang tidak boleh kita bawa pada kehidupan yang baru kita dari teks bacaan kita ini:
·    Jauh dari persekutuan dengan Allah >ay.18
·    Hidup dalam hawa nafsu >ay.19
·    Dusta tentang orang lain. >Ay.25
·    memendam kemarahan. >Ay.26
·    suka mencuri. >Ay.28
·    perkataan kotor. (hal-hal yang berbau tidak suci/cemar alias porno) >Ay.29
·    dll
            kita harus menutup lembaran hati kita terhadap kehidupan yang lama. Segala kebiasaan buruk kita yang tidak mendisplin rohani kita harus ditinggalkan. Alasan kita harus meninggalkan kebiasaan itu karena kita telah belajar mengenal Kristus (ay 20), Kristus Yesus yang merendahkan diri, dan mati karena dosa-dosa itu, Ia ditolak, dipermalukan, diolok-olok, main tebak-tebakan (..cobalah katakan kepada kami hai Mesias, siapakah yang memukul Engkau?” Mat.26:68), dicobai, dihianati. Kristus Yesus telah membatasi diri dalam keAllahan-Nya sebagai yang Maha Kuasa supaya kita dibebaskan dari kutuk dan hukuman dosa. Ia rela dan betahan menanggung semua itu, Ia yang tidak terbatas waktunya telah membatasi diri-Nya bersabar dan bertahan untuk menyelesaikan misi-Nya itu sampai mati di kayu salib. Ia harus menanggung semuanya itu demi kita umat pilihan-Nya. Tindakan Kristus bagi kita seharusnya menjadi didikan bagi kita yang percaya kepada-Nya (Bc.Tit.2:11-15).
            Masihkah kita ingin bermalas-malasan membiarkan diri kita dari penyakit rohani kita? Firman Tuhan berkata: “ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa, supaya kamu jangan menjadi lemah dan putus asa” (Ibr.12:3).  Marilah kita menutup lembaran hati yang lama itu (kehidupan yang lama kita), pelajarilah Firman Tuhan dan relakan hati kita untuk dibentuk oleh-Nya karena ada bagian-bagian tertentu yang akan dipangkas dari dalam kita dan terasa sakit, namun semuanya itu supaya kita sehat secara rohani dan bisa hidup bebas pada kehidupan yang baru. “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang. (2 Kor.5:17)

2.    Kesalahan Orang Lain (Mengampuni)
            Ada yang berkata mengampuni itu berarti melupakan kesalahan orang lain.  beberapa kalangan rohaniawan, malah berdoa dengan sungguh-sungguh supaya bisa melupakan kesalahan orang yang sudah menyakiti hatinya. tapi bisa gak??? Dan dikalangan orang-orang rohana berdoa demikian “lumpuhkanlah ingatanku”. mungkin juga bisa melupakan kesalahan orang lain kalau pas lg amnesia (lupa ingatan, ia gak?.
Kita tidak bisa melupakan kesalahan orang lain untuk mengampuninya, tapi kita bisa tidak menuntut balas karena perbuatannya yang kita ingat. yang perlu kita lakukan adalah tidak memperhitungkan pelanggaran orang lain kepada kita. Kita belajar mengampuni dari Bapa kita yang telah mengampuni kita “Berbahagialah manusia, yang kesalahannya tidak diperhitungkan TUHAN, dan yang tidak berjiwa penipu! (Maz. 32:2). Tuhan tidak memperhitungkan pelanggaran kita maka hal itulah yang perlu kita lakukan. Namun persoalanya hal itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. kebenaran di bawah ini akan menolong kita dalam hal itu. sebelumnya mari kita simak perumpamaan yang dipakai oleh Tuhan Yesus ini:
21Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?" 22Yesus berkata kepadanya: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.  23Sebab hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya.  24Setelah ia mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta. 25Tetapi karena orang itu tidak mampu melunaskan hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak isterinya dan segala miliknya untuk pembayar hutangnya. 26Maka sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan. 27Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya. 28Tetapi ketika hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang hamba lain yang berhutang seratus dinar kepadanya. Ia menangkap dan mencekik kawannya itu, katanya: Bayar hutangmu! 29Maka sujudlah kawannya itu dan memohon kepadanya: Sabarlah dahulu, hutangku itu akan kulunaskan. 30Tetapi ia menolak dan menyerahkan kawannya itu ke dalam penjara sampai dilunaskannya hutangnya. 31Melihat itu kawan-kawannya yang lain sangat sedih lalu menyampaikan segala yang terjadi kepada tuan mereka. 32Raja itu menyuruh memanggil orang itu dan berkata kepadanya: Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku. 33Bukankah engkaupun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau? 34Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya. 35Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu." (Mat.18:21-35)
Apa inti yang kita simak dari inti perumpamaan ini?  kita wajib mengampuni karena kita juga butuh pengampunan dan tidak terlepas dari kesalahan dan kelemahan.  Demikian dengan Doa Bapa kami yang diajarkan Tuhan Yesus juga kepada kita:dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; (Mat. 6:12).
Dibeberapa bagian lain juga kita perlu mengampuni karena
1.      mengampuni adalah tanda bahwa kita benar-benar menikmati Kasih Kristus
-          Kita tahu, bahwa kita sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup, yaitu karena kita mengasihi saudara kita. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tetap di dalam maut. (1 Yoh.3:14)
2.      Mengampuni adalah Wujud kasih kita kepada orang lain terlebih saudara seiman
-   Tetapi yang terutama: kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa. (1Pet 4:8)
-   Siapa menutupi pelanggaran, mengejar kasih, tetapi siapa membangkit-bangki perkara, menceraikan sahabat yang karib. (Ams 17:9)
3.      Mengampuni adalah tanda bahwa kita tetap menjadi orang yang setia: Setia terhadap pasangan, sahabat, pemimpin, pekerjaan. Sekalipun orang yang setia belum tentu sudah mengampuni. Dan orang yang setia adalah manusia yang langka “Banyak orang menyebut diri baik hati, tetapi orang yang setia, siapakah menemukannya ?(Ams.20:6)
-          Siapa mengumpat, membuka rahasia, tetapi siapa yang setia, menutupi perkara (Ams. 11:13)
-          Siapa menutupi pelanggaran, mengejar kasih, tetapi siapa membangkit-bangki perkara, menceraikan sahabat yang karib. (Ams 17:9)
4.      Tidak mengampuni akan merusak hubungan kita yang baik terhadap sesama. Bisa menimbulkan dendam, reaksi benci akan muncul setiap saat tanpa kita sadari, suka mengungkit-ungkit kesalahan orang, tidak bisa tidur, kepikiran sama orang yang nyakiti trus, yang kecil menjadi besar. Dan pada intinya, tidak mengampuni akan menyakiti hati Allah
-          Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan. Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan. Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu. (Ef. 4:30-32)
Ternyata mengampuni itu betapa penting. Sekalipun memang tidak mudah. Mengampuni itu butuh pengorbanaan dan kerelaan hati. Apalagi kalau terlanjur sakit, terlanjur kecewa, tertipu, merasa dirugikan. Hati kita belum siap menerimanya. dan Jelas belum siap karena Tidak ada orang yang minta izin dulu baru menyakiti hati kita. Rahasia mengampuni adalah
1.      Mengikuti teladanTuhan Yesus. merendahkan diri, dihina, dihianati dll. Jika Yesus saja sebagai Tuhan dan guru kita diperlakukan secara tidak pantas , bukankah kita tidak lebih dari Dia.
22Dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku; tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat.  23Apabila mereka menganiaya kamu dalam kota yang satu, larilah ke kota yang lain; karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sebelum kamu selesai mengunjungi kota-kota Israel, Anak Manusia sudah datang.  24Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya, atau seorang hamba dari pada tuannya. Mat.10:22-24
2.      Anggaplah masalah itu sebagai rencana pembentukan Allah menjadikan kita lebih baik. karena Allah bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia (Rm.8:28). Kita dapat belajar tentang seorang Yusuf yang telah diperlakukan secara tidak baik oleh saudara-saudaranya. Ketika puncak kesuksesan Yusuf ada kesempatan sebenarnya untuk dia bisa melakukan pembalasan kepada saudara-saudaranya itu. namun ia tidak melakukan hal itu mengapa?  Demikian pengakuanya: “Tetapi sekarang, janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu” (Kej.45:5).  Yusuf mengakui rencana pembentukan Allah dan artinya ia mengandalkan Tuhan dalam hidupnya. Namun sekalipun demikian bukanlah berarti bahwa ia adalah orang bodoh, bukanlah berarti bahwa ia tidak tahu atau tidak ingat persis apa telah dilakukan saudara-saudaranya kepadanya pada masa lalunya. Perhatikan sikap dan kata-kata Yusuf selanjutnya kepada saudara-saudaranya yang ketakutan kepadanya: 18..saudara-saudaranya datang sendiri dan sujud di depannya serta berkata: "Kami datang untuk menjadi budakmu." 19tetapi Yusuf berkata kepada mereka: "Janganlah takut, sebab aku inikah pengganti Allah? 20Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar. 21Jadi janganlah takut, aku akan menanggung makanmu dan makan anak-anakmu juga." Demikianlah ia menghiburkan mereka dan menenangkan hati mereka dengan perkataannya. Yusuf tidak menutup mata terhadap apa yang telah diperlakukan kepadanya. Saudara-sadaranya memang telah melakukan hal yang jahat kepadanya tapi ia melihat semua itu dari sisi pembentukan Tuhan. (catatan: Kita mungkin pernah disakiti pada masa lalu, tapi juga harus di ingat bahwa masa kini kita sekarang, juga karena bagian masa lalu kita, masa lalu kita ikut mengantarkan kita pada masa kini).  Jangan melihat dari sisi jahatnya orang pada kita, tapi lihatlah pada sisi baik Tuhan kepada kita. Tuhan merencanakan masa depan yang lebih baik kepada kita.  amin



Tidak ada komentar:

Posting Komentar