Jumat, 27 Februari 2015

Menjadi Persembahan Yang Hidup

Menjadi Persembahan Yang Hidup
Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. (Rm. 12:1)
Add caption
Arti “hidup” dalam KBBI adalah masih terus ada, bergerak, dan bekerja sebagaimana mestinya; mengalami kehidupan dl keadaan atau dng cara tertentu; beroleh (mendapat) rezeki dng jalan sesuatu; berlangsung (ada) krn sesuatu; tetap ada (tidak hilang); masih berjalan (tt perusahaan, perkumpulan, dsb); tetap menyala (tt lampu, radio, api); masih tetap dipakai (tt bahasa, adat, sumur, dsb).[1] Kata “hidup” ada beberapa macam dipakai dalam bahasa Yunani, yang pertama ζω” (soe), berkaitan tentang kehidupan yang baru dan kekal yang di anugerahkan oleh Kristus bagi jemaat-Nya.  Hal ini telah disinggung Pada pasal 6:4 Rasul paulus berkata: Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.  Rasul Yohanes juga berkata : Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup 1Yohanes 5:12.  Yang kedua “βος” (bios) yang berarti kehidupan; nafkah; harta milik.[2]  Rasul paulus memakai kata ini berkaitan dengan kehidupan materi (Lih. 2 Tim. 2:4).  Dan yang ketiga adalah ζσαν”(sosan), verb participle present active accusative feminine singular from ζω” (sao) dalam bahasa inggris “of natural life”, “of the life of the child of God”,[3] kata inilah yang dipakai oleh rasul Paulus untuk mempersembahkan hidup,  yang berari tubuh yang hidup (yang alami) karena Allah atau kehidupan ilahi (nafas) (Kej.2:7) yang menghidupi manusia menjadi makhluk yang hidup dan berbuat/bertindak dan terus ada dan berfungsi bagi Allah.  Van Den End berpendapat bahwa:
Perkataan “hidup” dipakai di sini dengan arti yang sama seperi misalnya dalam 6:4, ‘yang hidup dalam hidup yang baru’.  Hidup yang baru itu dibangkitkan oleh Roh Kudus (8:11).  Dan karena orang percaya hidup bagi Allah, ‘mereka telah mati bagi dosa’ (6:11). Jadi, ‘persembahan yang hidup’ adalah penyerahan diri kita untuk menempuh kehidupan yang baru, yang menjauhi dosa dan menjauhi kuasa dosa itu.[4]

Pada pasal 3:23 menerangkan bahwa semua manusia telah berbuat dosa, manusia berada dibawah murka Allah, kuasa dosa, dan upah dosa ialah maut/kematian (Rom. 6:23).  Tetapi tubuh maut telah menjadi tubuh yang hidup oleh Roh Allah yang menganugerahkan “soe” karena iman orang percaya (Rm.1:17).  Dave Hagelberg berkata:
Orang benar itu sudah menjadi benar di hadapan Allah karena iman; dan orang benar akan hidup. Mereka dipindahkan dari kuasa dan kerajaan Allah.  mereka tidak lagi berada dibawah orde maut, karena mereka sudah berada dibawah orde hidup yang kekal. Roma 5:12-21.[5]   

Sebagaimana tubuh memiliki Hidup begitu pula ia dapat berfungsi dan menghasilkan buah bagi Allah karena Kristus telah menjadi roh yang menghidupinya.  Dalam 1 Korintus 15: 45 Rasul Paulus berkata: Seperti ada tertulis: "Manusia pertama, Adam menjadi makhluk yang hidup", tetapi Adam yang akhir menjadi roh yang menghidupkan.    bahwa persembahan yang hidup berarti kehidupan orang percaya (yang alami) yang dalam perjalanan hidupnya dapat menghasilkan buah bagi Allah.  Hal ini pernah ditegaskan oleh Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya supaya mereka berbuah dengan cara bergantung kepada-Nya, dan bahwa diluar Dia mereka tidak akan berbuahkan apa-apa (Lihat Yoh.15:1-8) meskipun mereka hidup, bergerak, dan berjuang melakukan sesuatu.  Senada dengan ungkapan Charles Stanley yang berkata: “Pokok anggur itu adalah kristus. saya adalah carangnya. Roh kudus adalah getah yang mengalir kedalam pokok kedalam carang. Carang itu hidup, tumbuh, dan berbuah bukan karena perjuangan dan usahanya, tetapi hanya karena tinggal pada pokok anggur itu.[6] Menjadi persembahan yang hidup bagi Allah bukan berarti  seperti hewan yang diserahkan bagi Tuhan lalu menyembelih ketika masih hidup,  Sebagaimana Persembahan-persembahan-persembahan didalam Perjanjian Lama adalah persembahan yang mati.  Namun persembahan yang hidup yang dimaksud adalah hidup dengan penuh penyerahan diri kepada Allah.  Dalam bukunya Charles C. Ryrie berkata :
“orang percaya yang rohani pasti akan menggunakan karunia rohani yang diberikan Roh Kudus (1 Kor. 12:7). Dia akan belajar untuk berperang dan menang melawan daging dengan kuasa Roh Kudus (Rm. 8:13; Gal. 5:16-17). Ringkasnya kepenuhan Roh Kudus merupakan kunci pertumbuhan rohani bagi orang percaya.”[7]
  
Mari perhatikan nasehat Paulus sebelumnya : “dan janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubumu kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup. Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran (pasal 6:13)”.  Menyerahkan anggota tubuh kita sebagai senjata kebenaran berarti tubuh kita harus berfungsi sebagaimana semestinya anggota tubuh Kristus yang memiliki hidup baru, dan memiliki karunia sesuai yang dianugerahkan Tuhan bagi kesatuan tubuh-Nya.  Dalam Alkitab banyak orang-orang membiarkan tubuh mereka untuk mencapai tujuan-tujuan Allah. Tubuh kita juga harus difungsikan sesuai karunia tubuh Kristus yang dianugerahkan pada orang percaya.  Fungsi tubuh Kristus ini lebih terang kita lihat dari penjelasan ayat berikutnya yaitu 3-8, Paulus menguraikan karunia-karunia yang berlain-lainan sebagai anggota-anggota tubuh Kristus.
Bruce Milne menerangkan tentang pelayanan kepada Allah berkaitan tentang ibadah:
Roh Kudus melengkapi jemaat untuk melayani Allah dengan memberikan karunia-karunia-Nya, mengarahkan pelayanan dan mengurapi dengan kuasanya. Maka dalam pelayanan kepada Allah cakrawala kita seharusnya tidak diukur menurut kesanggupan manusiawi kita yang terbatas, tetapi menurut pembekalan Roh Kudus yang berlimpah-limpah  (Rm. 15;18-19; 2Kor 3:5-6; Ef. 1:19-21)[8]

Stephen Tong mendevenisikan tentang karunia pelayanan :

Ketika seorang kristen melayani, harus berdasarkan karunia yang ia dapat dari Tuhan, bukan berdasarkan kepandaian dan keinginan pribadinya, atau gelar dan ilmu yang diraihnya, dan bukan berdasarkan  setumpuk pelayanan yang dia miliki atau teknik dan psikologi yang dia miliki.[9]
         
 Pelanggaran karena dosa merupakan pemisah antara manusia dengan Allah. Dan manusia menjadi seteru Allah yang membuatnya mati secara rohani dan yang pekerjaanya tidak diperhitungkan oleh Allah.  tetapi sekarang orang percaya oleh kemurahan Allah didalam Tuhan diperhitungkan bagi pekerjaan kemuliaan (bdk. Yoh. 15:1-8). 
Kesimpulannya bahwa persembahan yang hidup adalah penyerahan seluruh anggota tubuh kepada Allah yang telah dihidupi oleh Roh Allah dan yang dapat menghasilkan buah bagi kemuliaan Allah serta berfungsi sebagaimana fungsi anggota tubuh Kristus.  dan ingatlah selalu bahwa Allah memperhitungan jeri payah setiap orang percaya yang melayani Dia dengan tulus





[1] SABDA (OLB versi Indonesia) 4.13.02 (Unicode), (Kamus bahasa indonesia) <@12395> [buku/topik] (17/79).

[2] Barclay M. Newman Jr, Kamus Yunani-Indonesia (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1994), 30.

[3]Bible Work - [c\program files\ 8\bw800], BGT, Analysis (pg 84).

[4] Van den End, Tafsiran Roma (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997), 564.
[5] Dave Hagelberg, Tafsiran Roma (Bandung: Kalam  Hidup, 1996), 29.

[6] Charles Stanley, The Wonderful spirit Fillid Life (bandung: kalam Hidup, 2000), 74.

[7] Charles C. Ryrie, Teologi Dasar (Yogyakarta: Andi, 1993,) 160.

[8] Bruce Milne, Mengenal Kebenaran (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993), 286.

[9] Stephon Tong, Baptisan dan Karunia Roh Kudus (Surabaya: Momentum, 2005), 126.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar