Minggu, 11 Desember 2016

Telah Putus asa namun tidak tawar hati

Telah Putus asa namun tidak tawar hati

(2 Korintus 4:1-2)

Seorang pengkhotbah yang saya kenal sangat tangguh dalam berceramah, pernah memberi judul khotbahnya “pantang menyerah saat ingin menyerah”.  Topik di atas kurang lebih maknanya sama. Hanya saja saja judul pengkhotbah yang saya kenal itu mungkin lebih enak di dengar karena sudah dipoles. 
Tidak jarang kita menemukan pengkhotbah-pengkhotbah  di gereja yang secara lantang menghakimi jemaat seolah-olah tidak beriman karena rasa lelah yang mereka ungkapkan dalam perjalanan iman mereka.  Namun di sini saya tidak akan membicarakan lebih jauh tentang sikap-sikap pengkhotbah seperti itu di dalam tulisan saya ini. Saat ini kita akan belajar tentang rahasia seorang yang tangguh imannya yang pernah putus asa namun tidak tawar hati. Tokoh yang kita pelajari saat ini adalah tokoh Rasul Paulus di surat Korintus. Sebelum kita membahas teks kitab suci di judul di atas, lebih dahulu kita melihat beberapa hal yang dialaminya ini:
-          Ketika menulis surat Rasul Paulus merasa cemas & sesak & mencucurkan air mata ( 2 Kor.2:4)
-          Ia mengalami Bermacam-macam penderitaan (2 Kor. 1:3)
-          Ia merasa Bebannya begitu begitu besar & berat sehingga Telah putus asa akan hidup ini ( 2 Kor. 1:8)
-          Ia ditindas dalam segala hal dll. Bahkan sampai Kehabisan akal (2 Kor. 4:8)
-          Dianiaya, dihempaskan  (2 Kor. 4:9)
-          Manusia lahiriah semakin merosot  (2 Kor.4:16). Banyak orang mengaitkan kemorosotan ini karena faktor umur padahal hal ini jelas jelas berhubungan dengan faktor penderitaan bukan umur.
-          Rasul Paulus dianggap pecundang  (2 Kor.10:1)
-          Rasul Paulus difitnah  (2 Kor.10:2)
-          Berjerih lelah, sering dipenjara, didera diluar batas, bahaya maut (2 Kor.11:23)
-          Dipukul, didera, dilempar batu, badai (2 Kor.11:24)
-          Dalam kelapar, dahaga, kedinginan dan tanpa pakaian (2 Kor.11:27)
-          Iblis menggocohnya (2 Kor.12:7)

Sekalipun beberapa peristiwa diatas telah di alami oleh rasul Paulus namun perhatikan kata-katanya yang tegas dan  lantang serta teguh di dalam iman.
2Korintus 6:4-10.
4Sebaliknya, dalam segala hal kami menunjukkan, bahwa kami adalah pelayan Allah, yaitu: dalam menahan dengan penuh kesabaran dalam penderitaan, kesesakan dan kesukaran, 5dalam menanggung dera, dalam penjara dan kerusuhan, dalam berjerih payah, dalam berjaga-jaga dan berpuasa; 6dalam kemurnian hati, pengetahuan, kesabaran, dan kemurahan hati; dalam Roh Kudus dan kasih yang tidak munafik; 7dalam pemberitaan kebenaran dan kekuasaan Allah; dengan menggunakan senjata-senjata keadilan untuk menyerang ataupun untuk membela. 8ketika dihormati dan ketika dihina; ketika diumpat atau ketika dipuji; ketika dianggap sebagai penipu, namun dipercayai, 9sebagai orang yang tidak dikenal, namun terkenal; sebagai orang yang nyaris mati, dan sungguh kami hidup; sebagai orang yang dihajar, namun tidak mati; 10sebagai orang berdukacita, namun senantiasa bersukacita; sebagai orang miskin, namun memperkaya banyak orang; sebagai orang tak bermilik, sekalipun kami memiliki segala sesuatu.
Di sini Rasul Paulus sedang berbicara dalam konteks pelayanan pemberitaan firman.  Rasul Paulus secara lahiriah sudah merosot, tapi rohnya terus bernyala-nyala melayani Tuhan.  memang di sini agak sedikit aneh karena pergumulan rasul Paulus tidak sama dengan pergumulan kebanyakan orang kristen saat ini yang hanya berputar-putar pada masalah-masalah kehidupan yang umum di alami oleh manusia, baik itu orang-orang orang percaya maupun tidak percaya.  Namun bagi  kita hal ini bisa menjadi inspirasi sebagai seorang kristen bilamana kita melayani Tuhan namun banyak tantangan yang kita hadapi.  Karena dimanapun kita berada, apapun panggilan khusus kita, atau apapun profesi kita, namun bila kita taat pada firman Tuhan, maka kita sedang melayani Dia.
Sekarang kita akan belajar pada teks kitab suci dari judul renungan di atas. Apa rahasianya supaya tidak tawar hati saat putus asa melanda hidup kita??? Kita perlu menyadari hal ini:

1Oleh kemurahan Allah kami telah menerima pelayanan ini. Karena itu kami tidak tawar hati. 2Tetapi kami menolak segala perbuatan tersembunyi yang memalukan; kami tidak berlaku licik dan tidak memalsukan firman Allah. Sebaliknya kami menyatakan kebenaran dan dengan demikian kami menyerahkan diri kami untuk dipertimbangkan oleh semua orang di hadapan Allah. (2 Kor.4:1-2)

1.      Pelayanan adalah kemurahan Dari Tuhan

            Oleh kemurahan Allah kami telah menerima pelayanan ini. Karena itu kami tidak tawar hati. >ayat 1
Mari kita bandingka dengan terjemahan-terjemahan di bawah ini:
FAYH bunyinya demikian: ALLAH sendirilah yang dalam kemurahan-Nya telah memberikan kepada kami pekerjaan yang mulia ini (yaitu mengabarkan Berita Kesukaan kepada semua orang). Karena itu, kami tidak pernah berputus asa.
  ENDE bunyinya demikian: Sebab kami diserahi pelajanan itu oleh karena kerahiman Allah, maka kami tidak ketjil hati,
            Rasul Paulus menganggap pelayanan adalah sebuah penghargaan “Kami telah menerima pelayanan ini” Ia tidak menganggapnya sebagai tugas paksa (terpaksa) namun sebuah kado terindah, mewah, dan berharga.  Rasul Paulus menerima pelayanan itu sebagai penghargaan karena kemurahan Allah.  Kesadaran penuh memahami betapa berharganya pelayanan karena bukan sesuatu yang gampang diterima/ gampang ditemukan/ murahan. Tapi, Karena ketidak layakan/ketidak mampuan memperoleh “pelayanan diberikan dengan kemurahan”.  Ia tidak menganggapnya sebagai tugas paksa (terpaksa) namun sebuah kado terindah, mewah, berharga dan terlalu mahal.  Rasul Paulus menerima pelayanan itu sebagai penghargaan karena kemurahan Allah.
Karena itu sadarilah bahwa bila kita sampai saat ini kita taat melayani dan mengasihi Tuhan, itu karena kemurahan hati-Nya.  pelayanan adalah suatu pemberian yang berharga  di berikan Tuhan bagi kita. Mari kita kerjakan dengan ringan hati sekalipun banyak tantangan.

2.      Pelayanan adalah Kepercayaan dari Tuhan

Tetapi kami menolak segala perbuatan tersembunyi yang memalukan; kami tidak berlaku licik dan tidak memalsukan firman Allah. Sebaliknya kami menyatakan kebenaran........>ay.2a
Mari kita perhatikan trejemahan FAYH “Kami tidak berusaha mengakali orang supaya mereka percaya. Kami tidak mengelabui orang. Kami tidak pernah mengajarkan sesuatu sebagai ajaran Alkitab, padahal bukan. Kami tidak memakai cara yang memalukan seperti itu. Sementara berbicara, kami berdiri di hadirat Allah.
Sekarang kita bedah satu persatu:
  Tidak ada kepalsuan rohani
  Tidak mengelabui orang dengan sikap rohani
  menolak segala perbuatan tersembunyi yang memalukan;
  tidak berlaku licik
  tidak memalsukan firman Allah.
q  tidak berusaha mengakali orang supaya mereka percaya.
q  tidak mengelabui orang.
q  tidak pernah mengajarkan sesuatu sebagai ajaran Alkitab, padahal bukan.
q  (tidak memakai cara yang memalukan seperti itu)
q  Sementara berbicara, kami berdiri di hadirat Allah. FAYH
  Sebaliknya kami menyatakan kebenaran........ >ay.2a
Paulus Menyadari keberadaan Tuhan dalam pelayanannya.  Ia Sadar akan hadirat Allah. Itu sebabnya ia memuaskan kehendak Allah yaitu dengan menyatakan kebenaran.  Tidak ada kepalsuan rohani di dalamnya, Rasul Paulus telah menerima pelayan dari Tuhan karena itu ia menjaga kepercayaan itu dengan berlaku jujur dan selalu menyadari hadirat Tuhan.
bagaimana dengan kita???? Sudahkah kita jujur melakukan pelayanan kita, atau hanya kepalsuan rohani yang menyelimuti pelayan kita. Firman Tuhan berkata: “sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu. (1 Kor, 3:13)

3.      Pelayanan adalah Tanggung jawab dari Tuhan

dan dengan demikian kami menyerahkan diri kami untuk dipertimbangkan oleh semua orang di hadapan Allah.> ay.2b
Sebab itu, kami harapkan semua orang menilai kami dengan baik di dalam hati nuraninya (BIS).

Dituntut pertanggug jawaban. Pelayanan adalah sebuah tanggung jawab. Tuhan memberi pelayanan dengan kemurahan-Nya, Ia mempercayai kita untuk mengelolah pelayanan, Tapi mengharapkan tanggung jawab dari kita. Suatu penilaian yang murni, Penilaian tanpa kepalsuan karena Dipertimbangkan dihadapan Allah, Dinilai dari hati nurani.  Bukan penilaian manusia secara kasat mata. Rasul Paulus mengharapkan penilaian yang otentik, Bukan penilaian kemanusiaan semata Dengan artian bahwa Ia yakin bahwa apa yang sudah dilakukannya didalam pelayanan dapat dipertanggungjawabkan. sejauh mana kita melakukan tanggung jawab???  Apakah yang sudah kita lakukan dapat kita pertanggungjawabkan?? Berhentilah berpusat pada penilaian manusia, tentang apa kata orang tentang kita saat melakukan firman Tuhan. tetapi marilah kita memandang kepada Tuhan dan berharap hanya pada penilaian yang murni saja supaya kita tidak mudah tawar hati sekalipun pada situasi yang memungkinkan kita pada keputusasaan sekalipun. Firman Tuhan berkata : “Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat (2 Kor.5:10).


----- Sekian----
TYM




Tidak ada komentar:

Posting Komentar