Pentingnya Mengendalikan
Lidah
1Saudara-saudaraku, janganlah
banyak orang di antara kamu mau menjadi guru; sebab kita tahu, bahwa sebagai
guru kita akan dihakimi menurut ukuran yang lebih berat. 2Sebab kita
semua bersalah dalam banyak hal; barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya,
ia adalah orang sempurna, yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya. 3Kita
mengenakan kekang pada mulut kuda, sehingga ia menuruti kehendak kita, dengan
jalan demikian kita dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya. 4Dan
lihat saja kapal-kapal, walaupun amat besar dan digerakkan oleh angin keras,
namun dapat dikendalikan oleh kemudi yang amat kecil menurut kehendak jurumudi.
5Demikian juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun
dapat memegahkan perkara-perkara yang besar. Lihatlah, betapapun kecilnya api,
ia dapat membakar hutan yang besar. 6Lidahpun adalah api; ia
merupakan suatu dunia kejahatan dan mengambil tempat di antara anggota-anggota
tubuh kita sebagai sesuatu yang dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda
kehidupan kita, sedang ia sendiri dinyalakan oleh api neraka. 7Semua
jenis binatang liar, burung-burung, serta binatang-binatang menjalar dan
binatang-binatang laut dapat dijinakkan dan telah dijinakkan oleh sifat
manusia, 8tetapi tidak seorangpun yang berkuasa menjinakkan lidah;
ia adalah sesuatu yang buas, yang tak terkuasai, dan penuh racun yang
mematikan. 9Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan
lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah, 10dari
mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini, saudara-saudaraku, tidak
boleh demikian terjadi. 11Adakah sumber memancarkan air tawar dan
air pahit dari mata air yang sama? 12Saudara-saudaraku, adakah pohon ara dapat
menghasilkan buah zaitun dan adakah pokok anggur dapat menghasilkan buah ara?
Demikian juga mata air asin tidak dapat mengeluarkan air tawar.
Mengapa
Perlu Mengendalikan Lidah ???
1.
Lidah/perkataan
menuntut pertanggungjawaban
Saudara-saudaraku, janganlah banyak orang di antara kamu
mau menjadi guru; sebab kita tahu, bahwa sebagai guru kita akan dihakimi
menurut ukuran yang lebih berat. (Yak. 3:1)
Ayat
pertama Ini tidak dapat dterjemahkan secara literal/harafiah karena akan
bertentangan dengan ayat-ayat eksplisit yang lain. Alkitab tidak pernah membatasi guru atau
pengajar dalam kutip pemberita firman secara kuantitas. Justru Tuhan Yesus
menghendaki supaya banyak pekerja diladang-Nya (Mat.9:37-38), Pengajar ditetapkan
oleh Allah (1 Kor. 12:28), bahkan Penulis Kitab Ibrani melihat dari sudut
pandang waktu, ia mengharapkan jemaat
sudah seharusnya menjadi pengajar (Ibr.5:12). Selain itu Rasul Yakobus memberi lebih
banyak penekanan persamaan lidah dari sisi negatifnya: “Lidah seperti api, suatu
dunia kejahatan”, bukan sisi positif seperti dalam Kolose 3:16 Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala
kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan
menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian
dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu.
Tradisi
zaman rasul terlebih masa Tuhan Yesus, seorang Guru bukan saja mengajar tetapi
juga menyatakan kewibawaanya dan wewenangnya itulah sebabnya ahli Taurat suka
dipanggil Rabi. Tuhan Yesus sendiri mengajarkan kepada murid-muridnya supaya kita
tidak boleh disebut rabi (Bc. Mat 23:7-12). Larangan yang dibuat oleh Yesus disini tentu
bukan persoalan penyebutan sebagai seorang “guru” tetapi masalah pengakuan
wewenang. Kuasa otoritas dan Wewenang tertinggi
adalah milik Allah, bukan milik manusia. Manusia harus tunduk pada otoritas
Allah.
Tidak jarang kita menemukan orang-orang yang seperti
ini di dalam gereja, yaitu orang-orang yang merasa diri berwewenang sehingga
tidak tunduk lagi pada otoritas Firman Allah ataupun Kristus. selain itu juga kecenderungan manusia suka
mengkritik dan menghakimi sesama. Rasul yakobus menegaskan bahwa “kita semua
bersalah dalam banyak hal” (Ay.2). Tuhan Yesus sendiri berkata: ”Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk
menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan
diukurkan kepadamu (Mat.7:1-2). Rasul Paulus berkata: “Karena itu, hai manusia, siapapun juga engkau, yang
menghakimi orang lain, engkau sendiri tidak bebas dari salah. Sebab, dalam
menghakimi orang lain, engkau menghakimi dirimu sendiri, karena engkau yang
menghakimi orang lain, melakukan hal-hal yang sama. Tetapi kita tahu, bahwa
hukuman Allah berlangsung secara jujur atas mereka yang berbuat demikian (Roma 2:1,2). Kembali pada teks pembacaan di atas, pada
ayat 2,9,10 adalah suatu teguran yang sangat keras disampaikan oleh rasul
Yakobus: “Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk
manusia yang diciptakan menurut rupa Allah, dari mulut yang satu keluar berkat
dan kutuk. Hal ini, saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi. Ini sebuah ketidak konsistenan dalam sebuah lidah. Rasul Yakobus
menegur penyalahgunaan
lidah seperti ini. Firman Tuhan berkata :”Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang
diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman.
(Mat 12:36).
2.
Lidah/perkataan,
pengaruhnya besar
Kita mengenakan kekang pada mulut kuda, sehingga ia
menuruti kehendak kita, dengan jalan demikian kita dapat juga mengendalikan
seluruh tubuhnya. (Yak. 3:3).
Lidah/perkataan,
pengaruhnya sangat besar. Ada yang berdampak positif dan ada yang berdampak
negatif “Biar lidah kecil, ia
berkuasa atas hal-hal besar (Ay.5a). Rasul
Yakobus memberi contoh seperti Kekang menguasai kuda besar (ay.3), Kemudi menguasai kapal besar (ay.4).
pada ayat yang ke-2 Rasul Yakobus berkata bahwa orang yang dapat mengendalikan
lidahnya disebut sebagai orang yang sempurna “barangsiapa tidak bersalah dalam
perkataannya, ia adalah orang sempurna, yang dapat juga mengendalikan seluruh
tubuhnya.” Waow, sungguh luar biasa bila
seseorang dapat mengendalikan lidahnya dengan baik. Dapat dikatakan bahwa “tidak
ada orang yang lebih hebat dari pada orang yang mampu mengendalikan lidahnya”. Rasul
Yakobus sendiri berkata: tidak seorangpun yang berkuasa menjinakkan lidah
(ay.8a). karena itu kita membutuhkan Firman Allah dan kuasa Roh kudus untuk
menolong kita mengendalikan lidah setiap hari. Daudpun berdoa demikian: “Awasilah
mulutku, ya TUHAN, berjagalah pada pintu bibirku!.
Firman Tuhan berkata: Di dalam banyak bicara pasti ada
pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal budi. (Ams. 10:19). Sisi
negatif dari lidah dikatakan seperti api bisa membakar hutan
besar. Lidah adalah api (api neraka). Artinya lidah
sangat berbahaya, lidah bersifat merusak bila digunakan dengan salah “Demikian
juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan
perkara-perkara yang besar. Lihatlah, betapapun kecilnya api, ia dapat membakar
hutan yang besar. Lidahpun adalah api; ia merupakan suatu dunia kejahatan dan
mengambil tempat di antara anggota-anggota tubuh kita sebagai sesuatu yang
dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia
sendiri dinyalakan oleh api neraka (ay.5,6). Bila lidah digunakan dengan salah
maka akan menimbulkan kehancuran hubungan baik di dalam gereja, keluarga,
persahabatan dalam bermasyarakat dll.
3.
Lidah/perkataan
adalah Cermin Diri
Fungsi
lidah sebenarnya pasif dimana harus digerakkan, akan tetapi dalam ayat ini
lidah bersifat aktif. Lidah di ibaratkan seperti Api yang menyala akan membakar
habis seluruh hutan. lidah dikatakan Suatu Dunia (kosmos) kejahatan yang
berarti dunia tanpa Allah. dan artinya bahwa lidah yang tidak terkontrol
merupakan wujud dari kejahatan yang berasal dari dorongan hati. Rasul yakobus berkata “ay.9Dengan
lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang
diciptakan menurut rupa Allah, ay.10dari mulut yang satu keluar
berkat dan kutuk. Hal ini, saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi. Karena itu Rasul Yakobus menerangkan bahwa: mata
air yang sama tidak mungkin memancarkan air tawar & air pahit (ay.11).
demikian pohon ara tidak mungkin menghasilkan pohon zaitun dan pohon anggur
menghasilkan buah ara (ay.12). Ayat 11 ditulis dalam bentuk kalimat pertanyaan “Adakah
sumber memancarkan air tawar dan air pahit dari mata air yang sama?” tentu ini merupakan
pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban atas ketidak mungkinan itu. Suatu
pertanyaan besar jika lidah kita tidak konsisten. Sumbernya perlu dipertanyakan.
Sumbernya tentu adalah hati & hati
menentukan siapa diri kita. Hatinya perlu dipertanyakan. Mari koreksi diri kita masing-masing. Jangan sampai
kita mengaku-ngaku kristen tapi ucapan-ucapan kita tidak konsisten. Kekritenan kita
patut diragukan bila kita menggunakan lidah secara tidak benar. Tuhan Yesus
berkata: Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya
yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari
perbendaharaannya yang jahat. Karena yang diucapkan mulutnya, meluap dari
hatinya." (Luk. 6:45).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar