Rabu, 30 November 2016

Mengendalikan Lidah

Pentingnya Mengendalikan Lidah

Bacaan: Yakobus 1:1-12
1Saudara-saudaraku, janganlah banyak orang di antara kamu mau menjadi guru; sebab kita tahu, bahwa sebagai guru kita akan dihakimi menurut ukuran yang lebih berat. 2Sebab kita semua bersalah dalam banyak hal; barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna, yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya. 3Kita mengenakan kekang pada mulut kuda, sehingga ia menuruti kehendak kita, dengan jalan demikian kita dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya. 4Dan lihat saja kapal-kapal, walaupun amat besar dan digerakkan oleh angin keras, namun dapat dikendalikan oleh kemudi yang amat kecil menurut kehendak jurumudi. 5Demikian juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar. Lihatlah, betapapun kecilnya api, ia dapat membakar hutan yang besar. 6Lidahpun adalah api; ia merupakan suatu dunia kejahatan dan mengambil tempat di antara anggota-anggota tubuh kita sebagai sesuatu yang dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia sendiri dinyalakan oleh api neraka. 7Semua jenis binatang liar, burung-burung, serta binatang-binatang menjalar dan binatang-binatang laut dapat dijinakkan dan telah dijinakkan oleh sifat manusia, 8tetapi tidak seorangpun yang berkuasa menjinakkan lidah; ia adalah sesuatu yang buas, yang tak terkuasai, dan penuh racun yang mematikan. 9Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah, 10dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini, saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi. 11Adakah sumber memancarkan air tawar dan air pahit dari mata air yang sama? 12Saudara-saudaraku, adakah pohon ara dapat menghasilkan buah zaitun dan adakah pokok anggur dapat menghasilkan buah ara? Demikian juga mata air asin tidak dapat mengeluarkan air tawar.
Mengapa Perlu Mengendalikan Lidah ???
1.      Lidah/perkataan menuntut pertanggungjawaban

Saudara-saudaraku, janganlah banyak orang di antara kamu mau menjadi guru; sebab kita tahu, bahwa sebagai guru kita akan dihakimi menurut ukuran yang lebih berat. (Yak. 3:1)
            Ayat pertama Ini tidak dapat dterjemahkan secara literal/harafiah karena akan bertentangan dengan ayat-ayat eksplisit yang lain.  Alkitab tidak pernah membatasi guru atau pengajar dalam kutip pemberita firman secara kuantitas. Justru Tuhan Yesus menghendaki supaya banyak pekerja diladang-Nya (Mat.9:37-38), Pengajar ditetapkan oleh Allah (1 Kor. 12:28), bahkan Penulis Kitab Ibrani melihat dari sudut pandang waktu,  ia mengharapkan jemaat sudah seharusnya menjadi pengajar (Ibr.5:12). Selain itu Rasul Yakobus memberi lebih banyak penekanan persamaan lidah dari sisi negatifnya: “Lidah seperti api, suatu dunia kejahatan”, bukan sisi positif seperti dalam Kolose 3:16 Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu.
            Tradisi zaman rasul terlebih masa Tuhan Yesus, seorang Guru bukan saja mengajar tetapi juga menyatakan kewibawaanya dan wewenangnya itulah sebabnya ahli Taurat suka dipanggil Rabi. Tuhan Yesus sendiri mengajarkan kepada murid-muridnya supaya kita tidak boleh disebut rabi (Bc. Mat 23:7-12).  Larangan yang dibuat oleh Yesus disini tentu bukan persoalan penyebutan sebagai seorang “guru” tetapi masalah pengakuan wewenang.  Kuasa otoritas dan Wewenang tertinggi adalah milik Allah, bukan milik manusia. Manusia harus tunduk pada otoritas Allah.
Tidak jarang kita menemukan orang-orang yang seperti ini di dalam gereja, yaitu orang-orang yang merasa diri berwewenang sehingga tidak tunduk lagi pada otoritas Firman Allah ataupun Kristus.  selain itu juga kecenderungan manusia suka mengkritik dan menghakimi sesama. Rasul yakobus menegaskan bahwa “kita semua bersalah dalam banyak hal” (Ay.2). Tuhan Yesus sendiri berkata: Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu (Mat.7:1-2). Rasul Paulus berkata: Karena itu, hai manusia, siapapun juga engkau, yang menghakimi orang lain, engkau sendiri tidak bebas dari salah. Sebab, dalam menghakimi orang lain, engkau menghakimi dirimu sendiri, karena engkau yang menghakimi orang lain, melakukan hal-hal yang sama. Tetapi kita tahu, bahwa hukuman Allah berlangsung secara jujur atas mereka yang berbuat demikian (Roma 2:1,2). Kembali pada teks pembacaan di atas, pada ayat 2,9,10 adalah suatu teguran yang sangat keras disampaikan oleh rasul Yakobus: “Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah, dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini, saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi.  Ini sebuah ketidak konsistenan dalam sebuah lidah. Rasul Yakobus menegur penyalahgunaan lidah seperti ini. Firman Tuhan berkata :”Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman. (Mat 12:36)

2.      Lidah/perkataan, pengaruhnya besar

Kita mengenakan kekang pada mulut kuda, sehingga ia menuruti kehendak kita, dengan jalan demikian kita dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya. (Yak. 3:3).
            Lidah/perkataan, pengaruhnya sangat besar. Ada yang berdampak positif dan ada yang berdampak negatifBiar lidah kecil, ia berkuasa atas hal-hal besar (Ay.5a). Rasul Yakobus memberi contoh seperti Kekang menguasai kuda besar (ay.3), Kemudi menguasai kapal besar (ay.4). pada ayat yang ke-2 Rasul Yakobus berkata bahwa orang yang dapat mengendalikan lidahnya disebut sebagai orang yang sempurna “barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna, yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya.”  Waow, sungguh luar biasa bila seseorang dapat mengendalikan lidahnya dengan baik. Dapat dikatakan bahwa “tidak ada orang yang lebih hebat dari pada orang yang mampu mengendalikan lidahnya”.  Rasul Yakobus sendiri berkata: tidak seorangpun yang berkuasa menjinakkan lidah (ay.8a). karena itu kita membutuhkan Firman Allah dan kuasa Roh kudus untuk menolong kita mengendalikan lidah setiap hari. Daudpun berdoa demikian: “Awasilah mulutku, ya TUHAN, berjagalah pada pintu bibirku!. 
Firman Tuhan berkata: Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal budi. (Ams. 10:19). Sisi negatif dari lidah dikatakan seperti api bisa membakar hutan besar. Lidah adalah api (api neraka). Artinya lidah sangat berbahaya, lidah bersifat merusak bila digunakan dengan salah “Demikian juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar. Lihatlah, betapapun kecilnya api, ia dapat membakar hutan yang besar. Lidahpun adalah api; ia merupakan suatu dunia kejahatan dan mengambil tempat di antara anggota-anggota tubuh kita sebagai sesuatu yang dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia sendiri dinyalakan oleh api neraka (ay.5,6). Bila lidah digunakan dengan salah maka akan menimbulkan kehancuran hubungan baik di dalam gereja, keluarga, persahabatan dalam bermasyarakat dll.

3.      Lidah/perkataan adalah Cermin Diri

            Fungsi lidah sebenarnya pasif dimana harus digerakkan, akan tetapi dalam ayat ini lidah bersifat aktif. Lidah di ibaratkan seperti Api yang menyala akan membakar habis seluruh hutan. lidah dikatakan Suatu Dunia (kosmos) kejahatan yang berarti dunia tanpa Allah. dan artinya bahwa lidah yang tidak terkontrol merupakan wujud dari kejahatan yang berasal dari dorongan hati.  Rasul yakobus berkata “ay.9Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah, ay.10dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini, saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi.  Karena itu Rasul Yakobus menerangkan bahwa: mata air yang sama tidak mungkin memancarkan air tawar & air pahit (ay.11). demikian pohon ara tidak mungkin menghasilkan pohon zaitun dan pohon anggur menghasilkan buah ara (ay.12). Ayat 11 ditulis dalam bentuk kalimat pertanyaan “Adakah sumber memancarkan air tawar dan air pahit dari mata air yang sama?” tentu ini merupakan pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban atas ketidak mungkinan itu. Suatu pertanyaan besar jika lidah kita tidak konsisten. Sumbernya perlu dipertanyakan.  Sumbernya tentu adalah hati & hati menentukan siapa diri kita. Hatinya perlu dipertanyakan.  Mari koreksi diri kita masing-masing. Jangan sampai kita mengaku-ngaku kristen tapi ucapan-ucapan kita tidak konsisten. Kekritenan kita patut diragukan bila kita menggunakan lidah secara tidak benar. Tuhan Yesus berkata: Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. Karena yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya." (Luk. 6:45).